Kamis, 05 Januari 2012

Kisah dari Komodo


Kisah dari Komodo
Legenda Komodo, kisah para pawang, mereka yang hidup dan mati di alam yang ganas itu.
http://media.vivanews.com/thumbs2/2010/03/08/86267_komodo_300_225.jpg
Komodo (Antara/Puspa Perwitasari)
BERITA TERKAIT
Kapal kecil itu terbalik. Padahal tinggal sekayuh masuk dermaga. Pertengahan Juni 1983 itu Labuan Bajo terlihat garing. Terik menikam di siang hari. Dingin angin tenggara di malam hari. Penduduk tak banyak. Kota kecil di bibir barat pantai Flores itu cuma ibukota Kecamatan Komodo. Ke kota itulah kapal kecil itu berangkat dari Bima. Tersungkur sebelum sampai.

Seisi kapal tumpah. Juga Jerman Abdullah bersama sejumlah penumpang. Buru-buru mereka menyelamatkan barang. Abdullah menjunjung tas ransel. Sebab ijazah SMA dari Bima ada di tas itu. Tiba di pantai mereka menjemur barang bawaan, seperti menjemur ikan sehabis menjala. Abdullah menjemur ijazah. Sedang memanas ijazah itulah Simon Suandi datang ke situ. Simon adalah Kepala UP Taman Nasional Komodo.

Perjumpaan singkat dengan Simon itu mengayun Abdullah ke Pulau Komodo. Tempat ribuan kadal raksasa purba itu menetap. Pulau itu masuk wilayah Manggarai Barat. Berbaris di gugusan pulau-pulau kecil antara Flores di Nusa Tenggara Timur dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat. Pada tahun-tahun itu hewan langka ini belum sesohor sekarang. Penduduk di sana juga tak banyak. Lebih banyak jumlah binatang buas itu daripada manusia. Abdullah ditawari menjadi pawang hewan ganas ini. Turun-temurun dari keluarga nelayan, ia menerima tawaran itu.

Berlayarlah Abdullah ke Komodo. Satu setengah jam perjalanan. Mengurus hewan buas sebanyak itu, jumlah pawang cuma 20 orang. "Saya yang paling muda," kisah Abdullah kepada VIVANews. Enam tahun bekerja sebagai honorer ia diangkat menjadi pegawai negeri. Gaji Rp38 ribu sebulan.

Menjadi pawang terbilang melelahkan.  Pukul enam pagi sudah membawa turis keliling. Pada masa itu kaum pelancong sudah berbondong ke sana. Saban hari, Kapal Ferry yang melaut dari Sape Bima ke Labuan Bajo singgah di Komodo. Puluhan turis turun di situ. Lantaran tak ada penginapan, para turis itu tidur di sejumlah shelter. "Sepanjang malam sejumlah pawang terpaksa ronda  menjaga mereka, agar tidak disantap komodo,”kenang Abdullah.

Bertahun-tahun menjadi pawang, berkali-kali nyawa Abdullah ditubir jurang. Nyaris jadi menu makanan Komodo. Suatu ketika di tahun1986. Ia memandu dua pelancong dari Swiss. Keluar masuk hutan melihat hewan langka ini. Tiba-tiba seekor Komodo berukuran sedang menyerang mereka. Semua lari tunggang langgang. Tapi berlari tak tentu arah di hutan seperti itu, malah akan jadi sasaran empuk. Bisa-bisa dikeroyok lalu tercabik.

Satu-satunya pilihan adalah memanjat pohon. Mereka memanjat pohon Bidara. Ini pohon rindang, yang banyak tumbuh di Pulau Komodo, Flores Barat dan pulau-pulau kecil lain. Buah pohon Bidara itu kecil-kecil dan manis disantap. Memanjat pohon itulah mereka menyelamatkan diri. Tapi si Komodo ganas itu susul memanjat. Dua turis itu pucat pasih. Gemetar ketika sang Komodo kian dekat. Ajal terasa sudah dekat. Beruntung dahan yang dirayapi si Komodo patah. Kadal raksasa itu pun roboh ke tanah. Lalu dihalau pawang lain. "Itu salah satu pengalaman terburuk saya," kata Abdullah.

Abdullah tak habis pikir, mengapa hewan itu tidak takluk dengan tongkat pawangnya. Belakangan turis perempuan yang dibawa Abdullah mengaku sedang menstruasi. Abdullah marah. Sebab sebelum bergegas ke hutan, dia mengingatkan soal itu. Wanita yang sedang haid dilarang keras ikut ke hutan. "Komodo sangat buas jika mencium darah,” katanya.

Berhari-hari bersama hewan itu, Abdullah jadi hafal tabiat mereka. Komodo yang ganas bisa diketahui dari cara dia merebahkan kepala ke tanah. Gerak mata yang liar menunjukkan ia sedang mengincar. Ketika menunjukkan gelagat menyergap itu dilarang keras mengayun sesuatu. Sebab Komodo menduga itulah targetnya.

Pernah ada seorang turis, kisah Abdullah, mengayunkan tas ketika mata Komodo mulai jelalatan. Melihat tas itu bergerak si Komodo langsung menyergap. Beruntung hewan itu segera takluk oleh tongkat pemandu para pawang. Nyawa turis itu pun selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar